Minggu, 16 Juni 2013

Wartawan Laporkan Sikap Apatis Kapolda ke Presiden

Solidaritas Lembaga Jurnalis Indonesia Makassar akan melaporkan Kapolda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Irjen Pol Mudji Waluyo kepada Presiden dan Kapolri terkait sikapnya yang apatis terhadap penanganan geng motor.

"Kami akan melaporkan Kapolda Sulselbar Irjen Pol Mudji Waluyo kepada Presiden dan Kapolri atas ketidakseriusannya dalam menangani kasus geng motor yang sudah banyak meresahkan masyarakat serta melukai korban jiwa," ujar Presidium Solidaritas Lembaga Jurnalis Indonesia Makassar Nurdin Amir di Makassar, Senin.

Ia mengatakan kasus penyerangan yang berujung pada penikaman kontributor Trans TV Ardiansyah alias Endi serta wartawan televisi lokal Fajar TV Harun menjadi antiklimaks dari keresahan masyarakat dan wartawan karena korban-korbannya sudah meliputi semua kalangan.

Korban penyerangan dan penganiayaan yang dilakukan kumpulan remaja ini bukan hanya warga sipil dan wartawan tetapi sejumlah aparat keamanan, baik kepolisian maupun TNI juga turut serta menjadi korbannya.

Meskipun terjadi rentetan peristiwa serta penyerangan itu, pihak kepolisian belum juga memperlihatkan keseriusannya untuk menuntaskan perkara pidana yang dilakukan oleh para geng motor.

"Kami sering mendapat dukungan dari para anggota kepolisian dan TNI yang berpangkat prajurit untuk mengusut dan menangkap para pelaku penyerangan oleh geng motor itu. Tapi sayang, semangat anak buah itu tidak didukung oleh pimpinannya," katanya.

Sebelumnya, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wisnu Sanjaja menyatakan bahwa pihaknya siap melakukan penyelidikan dan mengusut tuntas penyerangan terhadap dua wartawan di Makassar oleh geng motor itu.

Salah satu bentuk keseriusannya dengan menyiagakan dan memantau aktivitas seluruh geng motor oleh jajaran Polsek. Selain itu, beberapa anggota geng motor yang terkenal sadis yakni Mappakoe juga sudah diamankan aparat kepolisian.

Bahkan bos dari geng motor Mappakoe Nur Ansyari (17) alias Ari Katombo juga terlibat dalam penyerangan sejumlah rumah ibadah (gereja) dan anjungan tunai mandiri (ATM) dengan menggunakan bom molotov.

"Dari catatan kejahatan yang dilakukan remaja ini sangat mencengangkan karena bukan cuma melakukan penyerangan terhadap orang tetapi juga merusak dan melempari rumah ibadah serta mesin ATM dengan menggunakan bom molotov," kata Wisnu Sanjaja.

Dia mengaku aksi penyimpangan yang dilakukan oleh kumpulan anak di bawah umur ini bukan saja menjadi tanggung jawab kepolisian tetapi semua pihak, seperti Pemerintah Kota Makassar, tokoh agama, tokoh masyarakat serta orang tua anak-anak itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar